UNTUKMU ALAM SEMESTA
Pertama kali memandangmu, wajahmu bersinar
bagaikan pancaran spektrum cahaya matahari yang menumbuk bola mataku
dengan momentum yang begitu dasyat, tapi mataku tak berkedip walau harus
menanggung seluruh radiasinya.
Hari demi hari kulalui dengan usaha untuk
berkenalan denganmu walau kadang hasilnya sama dengan nol karena tidak ada gaya
untuk menempuh jarak yang tak terhingga jauhnya.
Sayang….
Segala daya dan gaya aku lakukan hingga
berekenalan denganmu. Dan disaat tangan kita saling berjabatan aku merasakan
sejumlah energi yang tertransfer darimu. Apalagi saat
menatap kedua bola matamu yang begitu kuat memancarkan paket – paket energi melalui gelombang – gelombang cinta yang
membuat aku terpana oleh tajamnya vektor cintamu, sehingga sering membawamu ke
dalam setiap lamunanku. Bahkan sering terpikir olehku, apakah dengan integral
aku dapat melelehkan kebekuan hatimu untuk kau kujadikan milikku…
Kekasih ….
Walaupun limit waktu hidupku sangat singkat dan
bahkan sampai jagat raya bertambah galaksipun aku tetap menantimu di bawah
naungan indahnya hasil biasan partikel –
partikel air di udara yang disebut pelangi itu.
Akhirnya, biarkan dilatasi waktu dan kontraksi
panjanglah yang menentukan, kapan dan dimana
kita akan bertemu lagi.